pagi ini seperti pagi biasanya, rutinitas pagi yang membuat jenuh bagi para pekerja di Jakarta...manaiki kereta yang sama pada gerbong yang sama bertemu orang yang sama dan rute yang sama setiap harinya...
pagi ini rasa penasaran ku akan sebuah cerita mas aan tetnang mak kopi dan gelas plastiknya itu mengantarkan ku ke pintu utara dari stasiun gambir...aku mencari sosok laki-laki, bertopi, berransel dan berkacamata setelah keluar dari gerbong paling belakang kreta api commuter jurusan bekasi-kota...sosok itu tak ku dapatkan...
aahhh... sepatu pantofel highheels ini agak sedikit mengganggu ku untuk bergerak, karena tidak bisa selincah biasanya...maklum kaki ku ini lebih cocok menggunakan sneakers daripada pantofel sebenarnya, namun karena aku perempuan dan rasanya kaki ku juga bagus-bagus saja menggunakan pantofel jadi ku kenakan pantofel pagi ini...
aku bergerak menuju tangga turun dari peron 3, mata ku masih mencari sosok mas aan, karena aku penasaran dengan mak kopi itu...mas aan masih belum nampak...tidak topinya, ranselnya bahkan kacamatanya pun tidak apalagi batang hidungnya...jauhhh sekali...
aku terus bergerak menuju pintu keluar arah utara, ke arah toko donat waralaba amerika punya...menembus deretan orang yang sama-sama baru turun dari kereta api commuter bekasi-kota...menembus sejumlah tukang ojek yang menawarkan jasanya walau terkadang sedikit memaksa...dan sosok mas aan tetap belum ku temukan...
terus melaju menuju kumpulan tukang ojek yang telah siap diatas motornya, dan hampir saja salah satu motor itu kunaiki tapi tungguuu...aku menangkap sosok bertopi dan beransel itu, yaakkk didepan itu adalah sosok mas aan...dan dia telahn memegang kopi yang diceritakan dalam tulisannya itu...hmmm aku sudah bisa mencium aroma harum dari kopi ditangannya...
dengan sedikit sulit ku kejar sosok beransel itu...hingga akhirnya sampai juga dan melihat langsung kopi si emak itu yang asapnya masih mengepul itu..."ini yah mas kopi si emak itu? dimana si emak kopinya?"...aku bertanya kepada mas aan..."itu disana"...mas aan pun menunjuk ke tempat mak kopi itu...
tempat mak kopi itu adalah tempat yang biasa ku lalui, tapi mungkin karena kebekuan hati...aku tidak melihatnya...Iyah...menjadi penduduk ibu kota ini telah membuat beberapa syaraf ku mati sehingga tidak bis amelihat mak kopi berada di sudut stasiun gambir itu...dan ternyata butuh waktu setahun untuk menghidupkan kembali syaraf2 itu...syaraf-syaraf peduli terhadap kehidupan,syaraf-syaraf yang bisa menikmati kehidupan dengan sederhana...
yah...pagi ini sekali lagi mas aan, mak kopi dan stasiun gambir telah menghidupkan kembali syaraf-syaraf kesederhanaan itu...Terkadang kita terlalu pusing dengan tulisan di gelas kopi kita atau kotak donat yang kita pegang...kita lebih merasa bangga apabila tulisannya "uang bintang" atau "kacang kopi"...walaupun kita sudah tau bahwa banyak sekali zat-zat yang tidak sehat pada kopi mereka bahkan tingkat kehalalannya diragukan...memang sih kopi di si emak juga belum tentu halal, namun kita setidaknya cara mak kopi membuat dan kopi yang digunakan bisa juga kita lihat sehingga kita bisa menilai kopi si emak ini halal atau tidak...
Sejurus kemudian aku mohon pamit kepada mas aan.."duluan aja mas, aku mau beli kopinya si emak"...aku berjalan ke belakang lagi menuju si emak berada...hmmm...hangatnya kopi si emak ini menurut ku jauuhhh lebih hangat dibanding kopi2 di warung kopi amerika tersebut...salam hangat dari mak kopi ku berikan kepada kalian semua...semoga syaraf2 kehidupan kita tidak mati karena hidup di Jakarta...
nice share mbak,,,
BalasHapus