Rabu, 26 Oktober 2011

SINGLE… but not available!


Yes you read my title right! I am single… but not available!
Its’ been three years…almost four years I guess since love brought pain to me. I never thought that by loving just one person wholeheartedly my heart would be covered by deep wounds and scars. It is true that when you love somebody you must accept the pain, struggles, and changes as the relationship goes on. But it is also true that when you love you will experience happiness, be blooming, and literally in love.
If you ask me if I am bitter for what had happened? If I regret a thing? Or wish that I’ve never known him? I would honestly say NO.
I believe that what had happened has a purpose. I know God allowed this thing, for me to learn, grow and overcome fear, pain, loneliness and sorrow. I thought that this will not come to end, not until today when I realized that this is life. Or should I say this is ‘MY’ life, a one roller coaster ride.
The feeling of falling in love is so exciting but life is not just about loving somebody special or somebody right for you but loving yourself first before everything else. This is to gain more respect, care, and love from others. Moreover, I received a forwarded text message from that someone I considered special the other day and it says, “When you know God loves you, you won’t be desperate for the love of others.”
True! I said to myself. Then it made me deem that in a relationship you should not rely on your own instinct and wants if you want to work things for good. It is about entrusting every bit second of it to God. If we are secure in God’s love we will also be secure that others will love us. Moreover, if we learn to love God first everything follows.
As I was contemplating on the things that had happened God promised me in his words. He showed me that I should not worry the future. I just need to trust him alone. Everything will fall in to its proper places, in due time if I will follow God’s plan and will for me.
I admit that it is not easy to move on, to let go, or just forget the person. It’s a lifetime process. But who knows in the end my (our) plans and dreams will come to reality if and only if we obey Him.
Sharing to you is a portion of a song entitled Love doesn’t have to hurt, sung by Atomic Kitten:
Then I suffer so much pain
But I only had myself to blame
Love doesn’t have to hurt
To feel good
It’s such a revelation
With you I can be myself
I know it should
Don’t have to cry
Don’t have to fight
Don’t have to die
Not after tonight
Show me
Love (Love)
Doesn’t have to hurt to feel good
Pain is not something we should take seriously. It is something we should take for granted for us to be a better person. Think that it is not only you who are experiencing pain. Every individual in this planet is experiencing pain, it’s just that some are only minor pain and some are major pain. You’ll just laugh at yourself saying “hindi lang pala ako ang nakakaranas nito.” Thus, it will serve as a therapy to heal the wounds.
No, I am not making any sense here. But yes I know I am single… but really I am not available.
I need to rest! My heart needs to rest! My eyes want to sleep! My arms and hands are starting to get cold! My lips are learning to smile again. And I am already willing to say goodbye for a while… yes, just for a while!

Sisa Perjalanan

22 Oktober 2011, Pukul 08.00 malam

“serius belum pernah pergi kesana ?”…
kira-kira begitulah tanggapan orang-orang saat saya mengatakan belum pernah pegi ke suatu tempat atau daerah di Jakarta, padahal saya dari kecil hingga sebesar ini sering sekali mondar-mandir ke Jakarta. Mungkin dalam pikira orang-orang tersebut tidak mungkin belum pernah ke tempat itu.

Salah satu contohnya adalah Monas, monumen kebanggaan warga Jakarta Raya yang letaknya tepat di depan kantor dan setiap hari ku lewati. Secara jujur saya memang pernah kesana waktu kecil, tapi hanya dihalamannya saja, dan saya memang sering sekali kesana…tapi hanya lewat…iya lewat saja karena itu adalah rute terdekat menuju kantor jika anda ingin mengirit alias jalan kaki daripada harus memutari monas dari luar.

Sebenarnya mudah jika ingin ke Monas atau tempat-tempat yang katanya sih menarik untuk didatangi. Apalagi saya termasuk orang yang tidak begitu tergantung kepada orang lain saat ingin pergi ke suatu tempat, asal ada keinginan saya pasti pergi…bahkan ke Klaten yang jauh sekalipun karena saya memang ingin yah jadilah saya ke Klaten…

“kenapa sih belum pernah ? nggak gaul banget lo, dah lama di Jakarta tapi belum pernah ke sana?”…

hehehehe…saya sih hanya tersenyum atau tertawa saja saat mendengar komentar seperti itu, atau saya jawab dengan bercanda saja. Bagi saya, ada alasan dari setiap hal yang dilakukan oleh seseorang termasuk alasan mengapa saya menyisakan perjalanan ke suatu tempat…iyah menyisakan…mungkin bahasanya kurang enak yah ?!

menyisakan cenderung tidak mengenakkan, terkesan negatif dan kesannya hanya yang tidak enak-enak saja…Tapi coba pakai cara berpikir memakan buah stroberi yang ada di atas kue, ada yang memakannya lebih dahulu kemudian baru menyantap kuenya, ada juga yang memakan kuenya lebih dahulu dan menyisakan buah stroberinya karena itu bagian yang paling enak menurut yang memakannya…

Nah, saya termasuk orang dari golongan yang menyisakan bagian paling enak saat memakan makanan. Dan hal itu saya terapkan kedalam perjalanan saya, perjalanan hidup.

Memang simple sih, perjalanan ke Monas, menjelajah Kota Tua, menjelajah pulau seribu dan sebagainya adalah hal paling menyenangkan menurut saya…dan saya menyisakan perjalan itu hanya untuk orang yang paling saya sayangi selain orang tua serta adik saya.

Setiap manusia tentu memiliki mimpi, anda atau pun saya pasti memiliki mimpi. Dan salah satu mimpi sederhana saya adalah menjelajah semua tempat dan daerah yang belum saya jelajahi bersama orang tersayang…bersama orang yang nantinya akan menemani sisa akhir hidup saya…itulah alasannya saya menyisakan perjalanan ke semua tempat tersebut. Seperti saya menyisakan perjalanan ke Kota Tua, saya masih menyisakan perjalanan bagi orang yang telah disiapkan ALLOH untuk saya, pada saat yang tepat saya akan benar-benar menghabiskan perjalanan tersebut bersamanya…iyah hanya bersamanya saya akan menghabiskan setiap perjalanan…

#catatan anak kecil yang berada disudut Kota

Jumat, 07 Oktober 2011

Ketika Sopan-Santun Sudah Hilang...

Pagi ini seperti biasa,sholat subuh, mandi dan ngejar CL menuju kantor...mungkin uuntuk sebagian orang hal tersebut berat, tapi inilah salah satu impian gue...punya tempat kerja tepat didepan monas hehehehe...tapi bukan di instansi yang sekarang sih:P
Okey, sekarang kita bahas soal sopan santun...menurut lo semua sopan-santun itu penting nggak ? terus apakah hanya berlaku antara orang yang lebih muda kepada yang lebih tua (dari segi umur ataupun senioritas) ? atau lo sepakat sama gue yang berpikir bahwa sopan-santun itu penting dan nggak perlu lihat umur, senioritas dll...
Jadi, begini ceritanya...mungkin sebagian orang melihat gue (terutama orang2 yang merasa umurnya lebih tua dari gue) anak kecil yang biasa aja, jadi kalaupun kaki diinjek, tas punggung gue ke dorong sampe jatuh pun nggak masalah dan kemudian di tinggal lari aja tanpa minta maaf atau senyum...
Masih inget sama notes tentang ibu2 yang gue temui di CL dan beliau tetap tersenyum dan bersikap ramah kepada yang melakukannya kepada beliau,padahal orang tersebut tidak minta maaf kepada ibu tersebut...nah kalo gue jadi anak ibu itu, walaahhh jangan harap aman tuh orang,bisa2 kena semprot...
Nah, kejadian yang sama terjadi sama gue hari ini, seorang ibu2 tiba2 nginjek kaki gue terus ngomel2 tentang tas ransel gue yang katanya ngalangin jalan, ya sudah akhirnya gue lah yang minta maaf walaupun sebenernya sih nggak ada masalah sama tas ransel gue...orang itu ransel nemplok dideket kaki gue...Oke, CL dah jalan...dan nggak lama akhirnya gue ngerti kenapa ibu itu bilang tas ransel gue ngalangin jalan,ternyata beliau mau buka kursi lipatnya dan nongkrong deh didepan gue...naaahhh tiba2 tuh kaki kurlipnya niban (apa yah bahasa yang tepat?) kaki gue...dan lagi2...aiiihhhh boro2 minta maaf, senyum pun nggak...akhirnya gue cuma meringis sendiri aja...
Nah, apakah kelakuan ibu itu patut ? sopan ?...gue rasa jauh dari kata2 itu...but anyway...terima kasih sama ibu itu, karena pagi2 gini gue dah dapet pelajaran sabar dan memaafkan sebelum orang itu minta maaf^_^...Alhamdulillah...Yuk kita terapkan sopan-santun kepada sesama...^_^

Kamis, 06 Oktober 2011

Makan yang Baik serta Halal dong yah^_^

Hal ini yang membuat hati saya dagdigdug kalau diajak makan di Mall, jujur saja saya bukan orang yang cukup berani bertanya kepada koki atau pelayan resto tersebut, jadi biasanya saya mencari resto yang memang sudah saya tahu bersertifikat halal...coba deh baca pengalaman teman berikut ini...

Beberapa hari lalu saya janji ketemuan dengan teman di Senayan City, saya makan
di sejenis foodcourt tertutup yang berisi macem macem restoran (yg bayarnya di
pintu keluar).

Nah, pas mau pesen makanan di salah satu restoran yg jadi tenant nya itu,
Saya nanya dulu (karena jenis makanannya Asean gitu) ke Mas -mas yang jaga
disitu,
"mas, pakai angciu ndak?" tanpa jeda si mas langsung jawab " pake mbak, klo mau
pesan yg ndak, yg jenis jenis nya nasi goreng, klo lainnya sih pakai"
Dan dia menambahkan pula, "kayaknya ga ada deh mbak tempat makan kayak gini yg
ga pake angciu, rata rata pake"

Terus terang saya langsung lemes mendengar jawabannya, karena sebelum saya giat
dan peduli soal asal makanan (dulu Cuma mikir, mengandung babi ndak?)
Tempat makannya adalah favorit saya,..
Sekarang, rasanya tempat makan jepang dan makan Chinese food atau makanan
Asean, jika tanpa label halal, mulai sekarang saya hindari deh, dulu sih Cuma
makanan jepagn yg saya hindari,
Sekarang bertambah lagi ....susah sekali di negri muslim terbesar ini, mencari
makanan halal. :(

Makanan Padang = HALAL ???...

Seringkali kita berpikir jika makan di resto berlabelkan nama daerah tertentu itu halal, nah...coba baca share pengalaman berikut deh...semoga kita bisa lebih berhati-lagi yah sahabat...

Dengan makanan Padang, saya punya pengalaman unik
Mungkin tempat memang tidak menjamin kehalalan makanan padang, kali ya?

Teman saya makan di Bali, dengan pemahamannya, dan ingin mendapatkan makanan
yang "halal" meski tanpa tulisan MUI
Sayang nya setelah makan, melihat satu menu di atas etalase makanan (yang biasa
di depan itu lohh)
Pas Tanya itu apa, jawab pelayannya "Itu sayur daging BABI" , sayangnya saya
lupa ini di daerah mananya Bali..
Terlanjur makan, dan tidak bertanya apakah masaknya dipisahin atau tidak, teman
saya (dan ibu nya yg berjilbab),
Langsung saja pergi sambil mangkel..

Karena pengalaman itu, sekarang kalo saya mencoba makan di RM saat ke bali, jika
masuk ke restoran padang di bali
Saya Mengucap salam dan dialog sedikit hal hal islam yg sangat umum, klo
pelayan/pemilik nya ga nyambung,
meski di depan nulis bismilah pakai huruf arab dan RM Padang pula,
Saya lebih baik ngeloyor pergi ....

Mending cari restoran junk-food yg bersertifikat halal deh yang ada di Kuta
dan itu, bukan makanan Indonesia .....
Memilih sarapan di hotel? Sama saja , karena semua hidangan prasmanan nya pasti
ada menu babi, :(
Dan ga pernah tahu bagaimana dapurnya , terpisah atau tidak. Pilihan ? Minum
juice buah yg banyak biar kenyang dan roti sama madu aja

Moga moga ada yg bisa kasih saran bagaimana makan di Bali (khususnya sekitar
Kuta)
Tiap kali ke bali, napsu makan saya pasti turun.. biarpun deket2 hotel ada
warung makan Jawa
Tetap saja perlu investigasi :)
(minimal perlu ngajak ngomong obrolan ttg islam ringan buat tahu dia jawa islam
atau jawa bukan islam) (minimal jadi yakin tidak masak daging babi))
Mungkin Ada tips/info dari pak rahmat buat tempat2 makanan halallan toyibban
di bali?




Waswrwb,
EK

Share Pengalaman Makan di Resto X

kali ini saya hadirkan beberapa pengalaman temen2 milis, dan kiranya ini menjadi bagian yang menjadi concern kita sebagai seorang muslim...

Hari minggu kemarin tgl 11 September 2011. kami sekeluarga dan juga keluarga
adik ipar diajak oleh orangtua kami untuk silaturahmi ke rumah saudara di salah
satu kompleks di Cilodong.

Saudara tersebut mengajak kami untuk makan siang di salah satu rumah makan yang
namanya berbau islam campuran Sunda di Jalan Kartini depok. Dia bercerita bahwa
dia sudah jadi langganan disitu karena makanannya enak, yang punya pak haji.

sesampai di restoran tersebut, yang mengundang kami memesan makanan.
Gambaran Restorannya ada saung-saung, pelayannya yang wanita menggunakan jilbab.
sangat islami lah pokoknya.

Seperti kebiasaan saya, karena tidak ada sertifikat halal, saya pun mendatangi
kasir. saya menanyakan Penanggung jawab restoran, saya ingin bertemu. mereka
jawab lagi tidak ada ditempat. ya udah, Saya menanyakan ke kasirnya apakah
menggunakan Angciu, hongciu, arak gentong, atau arak masak, mirin atau
semacamnya. Dia jawab emang kenapa pak, bapak darimana?. saya jawab, kami mau
makan, tetapi sebelum makan saya perlu tau itu dulu. atau saya ketemu chef nya
deh.
Akhirnya kasirnya menelpon (saya tidak tau siapa yang di telpon).
Selesai menelpon, kasirnya pun memberikan jawaban yang sungguh diluar dugaan
saya, katanya "pake pak"... saya terdiam.... bingung, ga tau harus berbuat apa.
saya diskusi sama istri saya... kami berdua bingung...
Optionnya adalah :
1. Tetap melanjutkan makan, tetapi kita tidak makan apa2 kecuali minum.
2. kita makan seadanya untuk menghormati tuan rumah.
3. Kita bicarakan kepada tuan rumah apa yang kita ketahui.

pilihan nomor satu : resikonya besar, pertama kami punya anak2 kecil, yang kedua
kami berdosa, yang ketiga pasti tuan rumah tersinggung. pilihan inipun kami
coret.
Pilihan nomor dua, takut dosa. pilihan inipun kami coret.
Akhirnya kami pilih nomor 3, dan kami siapkan mental kemungkinan orangtua kami
malu dan tuan rumah tersinggung. kami bulatkan tekad, harus ngomong aja
baik-baik. Insya Allah membawa kebaikan.

sayapun akhirnya mengajak tuan rumah bicara, saya sampaikan apa concern kami dan
apa yang barusan saya ketahui....tuan rumah terperanjat, terdiam...
setelah beberapa saat, akhirnya dia tanya, jadi gimana, kita cancel aja ya
ordernya?.
saya tanya, ga apa2 ya om?.
katanya ga apa2, kita cari makan ditempat lain aja yang bisa diterima semua....
Alhamdulillah, saya dan istri lega....
akhirnya kami membatalkan order, dan kami pindah ke restoran lain ke arah
Margonda.

selama kami makan siang, tuan rumah, masih geleng2 kepala, sambil bilang, ini
pengalaman buat saya. Selama ini ada lho ustadz yang saya ajak makan kesitu dan
tidak ada yang mempersoalkan. apalagi pemiliknya saya tau dia seorang haji, dan
gak mungkinlah menjerumuskan saya. kenapa begitu. kok bisa dan berbagai
pertanyaan lain... akhirnya kami diskusi masalah peduli halal dan sebagainya.
walopun kami masih merasa tidak enak sebenarnya. tapi kami tetap bersyukur,
terhindar dari makanan haram dan juga secuil dakwah untuk peduli halal...

demikian sharing saya, mohon maaf kalau kalau tidak berkenan. Mudah-mudahan
bermanfaat.

Wasalamu'alaikum Wr wbr.

Rachmat Os Halawa

Rabu, 05 Oktober 2011

Mari Berbagi...

"Siang hari di lampu merah sekitar Kota Tangerang terasa sangat panas,
ditambah lagi panas dari mesin kendaraan yang berhenti menunggu lampu
hijau, membuat kami yang berada di sepeda motor merasakan kegerahan
mulai dari kaki sampai kepala.

Tidak sengaja mata saya tertuju pada seorang nenek tua yang entah dari
mana datangnya berada dibawah lampu merah ditengah jalan, nenek itu
berpakaian lusuh dan tidak menggunakan alas kaki, dia duduk seperti
menunggu atau mencari sesuatu, tidak lama kemudian dia bangun sambil
setengah merangkak, tangannya berpegang pada trotoar, raut mukanya
terlihat seperti kesakitan, rupanya kakinya yang tak menggunakan alas
kaki kepanasan karena menginjak aspal. Terbayang beratnya penderitaan
nenek itu sendirian ditengah terik matahari tanpa menggunakan alas
kaki.

Ya Allah, saya perhatikan disekitarnya tidak terdapat kardus, kain
atau benda apapun yang dapat digunakan untuk alas kakinya tapi dia
tetap berusaha untuk berdiri sambil kakinya jinjit kepanasan sementara
matanya tampak mencari-cari sesuatu untuk digunakan sebagai alas kaki.

Nenek itu mulai menjadi pusat perhatian para pengguna jalan lainnya,
banyak yang terlihat bersimpati ada juga yang tidak perduli
melewatinya sambil lalu. Subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar,
tiba-tiba ada seorang ibudi atas sepeda motor yang dibonceng suaminya
sambil menggendong anak melepas sendalnya yang sebelah kanan dan
melemparkannya kepada nenek tua itu sementara sandal yang sebelah kiri
dilepaskan oleh sang suami dan dilemparkan kembali kepada sang nenek,
terlihat sekali raut muka nenek itu berubah seketika antara haru dan
gembira menerima pemberian itu, setelah mengucapkan sesuatu nenek itu
berdiri kemudian menyeberang jalan dengan perlahan, tidak lama lampu
merah berubah menjadi hijau, saatnya meneruskan perjalanan, si ibu
yang berada di atas sepeda motor juga melanjutkan perjalanannya tanpa
menggunakan alas kaki.

Rasa gerah yang tadi saya rasakan seketika menghilang setelah melihat
kejadian tersebut, betapa mulianya ibu tadi memberikan sandal yang
bagus dan juga diperlukannya tanpa pikir panjang kepada seorang nenek
tua yang tidak dikenalnya. Saya memiliki keyakinan Sandal tadi adalah
termasuk barang yang dicintai oleh si Ibu karena biasanya kalau kita
bepergian kita akan menggunakan barang yang terbaik atau paling tidak
yang kita rasa pantas dan baik untuk dipakai bepergian.

Diantara yang melihat nenek tua tadi ada banyak yang tidak peduli,
banyak juga yang bersimpati dan hanya satu yang bersimpati dan
beraksi yaitu si Ibu Tadi. Memang yang paling dibutuhkan oleh nenek
tadi adalah alas kaki, tidak sekedar simpati apalgi rasa tidak peduli.
Ya Allah semoga engkau mengampuni dosa ibu itu dan memberkahi
keluarganya serta melancarkan urusannya serta menghindari kaki ibu
tersebut dari panasnya api neraka disebabkan perbuatannya yang baik
tadi.

Seharusnya bisa saja yang memberikan alas adalah seorang lelaki muda
yang lebih kuat dari si ibu atau seseorang yang berada dalam kendaraan
roda empat yang seandainya alas kakinya diberikan masih terlindungi
dari panasnya matahari, tetapi ternyata tidak, yang memberikan adalah
seorang ibu yang sedang menggendong anaknya dan berada diatas sepeda
motor yang sederhana.

Saya jadi teringat kisah Setelah perang selesai di medan Yarmuk dan
dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin, tergeletak beberapa pejuang
Islam, sahabat Rasulullah saw dengan badan penuh luka. Mereka adalah
Ikrimah bin Abi Jahal, di sekujur tubuhnya tidak kurang ada 70 luka,
Al Harits bin Hisyam (paman Ikrimah) dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah (dalam
riwayat lain Suhail bin 'Amru).

Saat ketiganya sedang dalam keadaan kritis berbalut letih, lemah, dan
kehausan serta dalam keadaan kritis, datanglah seorang yang mau
memberikan air kepada salah seorang di antara mereka yang sedang
kepayahan.

Ketika air akan diberikan kepada Al Harits dan hendak diminumnya, dia
melihat Ikrimah yang sedang kehausan dan sangat membutuhkan, maka dia
berkata, "Bawa air ini kepadanya!".

Air beralih ke Ikrimah putra Abu Jahal, ketika dia hendak meneguknya,
dilihatnya Ayyasy menatapnya dengan pandangan ingin minum, maka dia
berkata, "Berikan ini kepadanya!".

Air beralih lagi kepada Ayyasy, belum sempat air diminum, dia sudah
keburu syahid. Maka orang yang membawa air bergegas kembali kepada
kedua orang yang membutuhkan air minum, akan tetapi ketika ditemui
keduanya juga sudah syahid.

Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan: "Sebenarnya Ikrimah
bermaksud untuk meminum air tersebut, akan tetapi pada waktu ia akan
meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke
arahnya pula, maka Ikrimah berkata: "Berikanlah saja air minum ini
kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku." Suhail pula
melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya
Suhail berkata: "Berikanlah air minum ini kepada siapa saja,
barangkali sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku."

Begitulah keadaan mereka, sehingga tidak seorangpun di antara mereka
yang meminum air tersebut, akhirnya mereka semua mati syahid
terhormat. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada
mereka bertiga.

Dan juga kisah tentang Rasulullah SAW dan pengemis Yahudi yang buta Di
sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap
harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai
saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka
kalian a...kan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan
membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW
menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan
pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai
beliau wafat.Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada lagi
orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta
itu.

Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA
berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan
merupakan istri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,
"Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?"

Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan
hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali
satu saja"

"Apakah Itu?" tanya Abubakar RA. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu
pergi keujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis
Yahudi buta yang ada di sana" kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan
untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis
itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai
menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu?"

Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa."

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku" bantah si pengemis
buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang
dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu
selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut
setelah itu ia berikan padaku" pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil
berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang
padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu
telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan
Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku
selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku
sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia
begitu mulia..."

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar
RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Semoga kita semua dapat mengambil manfaat dari uraian di atas dan juga
bisa meneladani sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan terpuji yang
dimiliki Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan para sahabat
beliau sehingga bisa menjadi salah satu sebab kita dicintai oleh Allah
subhanahu wata'ala dan dimasukkan ke dalam surga Nya. Amin.

Kita bisa terus berbagi meskipun tidak seperti ibu tadi yaitu dengan
cara berbagi tulisan- tulisan yang baik dan menginspirasi lewat
facebook, twitter, email dan lainnya, selamat berbagi.

"Dan orang-orang yang telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada
mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (muhajirin), dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri.
Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa
yang dipelihara dari kekikiran darinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung." (Qs. Al-Hasyr: 9)

"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". (Ali
Imran: 92)

Dari Abi Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi
saw telah berkata: "Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga
mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (Bukhari -
Muslim)

Nabi bersabda, "Kita hanya menghukum apa yang tampak dan Allah yang
menghukum apa yang tak tampak (akidah)"

Semoga Allah memudahkan untuk melakukan apa yang telah dituliskan,
dalam rangka belajar, sebagai awal adalah membaca , menulis kemudian
mengamalkan dan sampaikan."

Selasa, 04 Oktober 2011

Pembicaraan Ayah dengan Anak Perempuannya

Semalam untuk kesekian kalinya gue dengan bokap gue ngobrol...tumben banget,peristiwa langka dalam hidup gue bisa ngajak bokap ngobrol santai tanpa tarik urat leher atau ngaco obrolannya...

Berawal dari sharing dengan seseorang, emm...agak ngalor-ngidul sebenernya obrolan kita, tapi semalam sih sebenernya obrolan dengan seseorang itu cukup langka karena aku bisa mendengar tawanya terbahak-bahak even yang jadi bahan tertawaannya adalah aku...well tapi biarlah toh aku sidah biasa menjadi bahan tertawaan,buat ku nggak masalah asal itu bisa membuat orang lain bahagia hehehehe...

Sharing yang paling mengena bukanlah tentang perencanaan tentang membeli mobil atau perhitungan lainnya, yang itu juga sih...karena banyak dimensi yang ternyata aku lupa memasukkan itu dalam perencanaan hidup, rencana yang paling mengena adalah tentang bagaimana aku memperhatikan adik ku. Aku pikir memikirkan orang lain itu sudah cukup baik, ternyata seharusnya aku memasukkan dimensi kebahagiaan dan rencana hidup ku saat aku merencanakan sesuatu untuk adik ku...

Sebenarnya perencanaan yang dimaksud adalah rencana nikah, sebuah perencanaan yang sama sekali sulit untuk ku buat...aku hanya bisa merencanakan time limit pernikahan ku, yah aku akan menikah sekitar umur 28 Tahun, usia yang ku pikir sudah cukup matang dan adik ku pun sudah bisa ku tinggal atau ada dalam titik aman, selebihnya aku tidak atau belum membuat perencanaannya...

Aku dibesarkan dikeluarga yang sebenarnya diberikan kebebasan namun tidak sepenuhnya karena toh orang tua selalu memberikan arahan atau masukan, dan setelah lulus SMA barulah kita memiliki kebebasan sepenuhnya untuk hidup kita, sama seperti ku...aku bebas memilih mau kuliah dimana dengan alasan seperti apa, dan hal itu ku berlakukan pula terhadap adik ku...dia bebas memilih mau mempelajari ilmu apa...apa saja, tapi aku tidak memikirkan yang lain...aku hanya memikirkan adik ku...dan memang demikian, aku hanya memikirkan adik ku tanpa memikirkan rencana hidup ku yang lain, tidak memperhitungan lamanya waktu yang harus ditempuh adik ku...dan time limit aku akan atau harus menikah...

Dan malam itu aku mencoba untuk membahasnya dengan Ayah, dan ternyata beliau cukup kaget sewaktu aku menfloorkan apa yang aku pikirkan selama ini (sama seperti seseorang itu)...ayah ku bilang..."perempuan biasanya nggak sampe mikirin segitunya, yang penting selesai semuanya ada yang melamar ya sudah mereka akan menikah, jarang sekali ada yang memikirkan adiknya karena adik mu itu tidak menjadi tanggungan mu, Tapi Ayah cukup maklum dengan pemikiran mu itu karena kamu dibesarkan dengan tanggung jawab seorang kakak tanpa melihat gender yang melekat."...
satu pesan Ayah yang cukup mengejutkan adalah..."coba bicarakan hal ini dengan adik mu, karena itu bisa menjadi motivasi dia untuk segera menyelesaikan kuliahnya dan itu bukan hal buruk...setidaknya adik mu akan berpikir dua kali untuk malas dan tidak serius dengan kuliahnya, dan itu akan menghentikan dia untuk mengeluh seperti biasanya, bagimana ?"...dan itu ku anggap ide yang bagus walaupun pada akhirnya beliau menyarankan ku untuk tidak mempersulit diri dengan persyaratan itu...Well, i luv my parents a lot, karena mereka selalu menjadikan diri mereka tempat sharing yang nyaman dan selalu ada kesimpulan-kesimpulan yang benar2 bisa menjadi bahan pertimbangan ku ke depan...Thanks Dad, i luv u always^_^

Jumat, 30 September 2011

Indahnya Berhias

Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman
Muroja’ah: Ustadz Abu Salman & Ustadz Aris Munandar
Di sebuah kos putri…
“Yanti subhanallah, mau pesta kemana?” Tatap seorang temannya tak berkedip pada Yanti yang berdandan tebal bak artis. Yanti menjawab, “Kamu berlebihan deh. Yanti mau ikut pengajian bareng temen-temen, jadi harus bersih dan rapi. Kebersihan itu kan sebagian dari iman. Berangkat dulu ya. Assalaamu’alaykum…”
Setelah Yanti pergi, ada suara heboh Riri yang hendak pergi juga. “Duh Riri tetangga kamarku yang baru pulang dari kampus. Kucel amat. Lho… lho… Ini mo pergi lagi ya, gak mau bersihin wajah dan rapiin bajumu dulu?” Riri menjawab, “Nanti menyebar fitnah lho. Wanita itu kan ujian bagi laki-laki. Riri berangkat ta’lim ya. Assalaamu’alaykum…”
Sepenggal kisah di atas banyak kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak sekali wanita berhias di luar rumahnya dengan alasan kerapian dan kebersihan, sementara di sisi lain banyak juga yang sama sekali tidak memperhatikan penampilannya dengan alasan menjaga kehormatan muslimah. Tahukah saudariku bahwa Islam memiliki tuntunan dalam berhias? Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits shahih dari Ibnu Mas’ud radhiyallhu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.”
Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al Handhalliyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi saudara mereka,
“Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, dan pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang buruk.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkategorikan kondisi dan pakaian yang tidak bagus sebagai suatu hal yang buruk. Semuanya itu termasuk hal yang dibenci oleh Islam. Islam mengajak kaum muslimin secara keseluruhan untuk selalu berpenampilan bagus. Bertolak dari hal itu, seorang muslimah tidak boleh mengabaikan dirinya dan bersikap tidak acuh terhadap penampilan yang rapi dan bersih, terlebih lagi jika sudah membina rumah tangga. Hendaknya ia senantiasa berpenampilan yang baik dengan tidak berlebih-lebihan.
Muslimah yang cerdas akan senantiasa menyelaraskan antara lahir dan batin. Perhatiannya pada penampilan yang baik bersumber dari pemahaman yang baik pula terhadap agamanya. Karena penampilan yang rapi dan bersih merupakan hal yang mulia. Lalu, bagaimanakah tuntunan Islam dalam berhias?
Kebersihan badan adalah kuncinya.
Sudah seharusnya seorang wanita menjaga kebersihan badannya dengan mandi. Dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dari Abi Rofi’, ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam berkeliling mengunjungi beberap istrinya (untuk menunaian hajatnya), maka beliau mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya, ‘Ya, Rasulullah, tidakkah mandi sekali saja?’ Maka jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.’” (Ibnu Majah dan Abu Daud, derajat haditsnya hasan)
Mandi dapat menghilangkan kotoran sehingga menjauhkan seorang muslimah dari penyakit dan menjaga agar badannya tidak bau. Sehingga ia pun akan menjadi dekat dengan orang-orang di sekitarnya.
Hendaklah seorang wanita juga menjaga hal-hal yang termasuk fitrah yaitu memotong kuku dan memelihara kebersihannya agar tidak panjang atau kotor. Kuku yang panjang akan tampak buruk dipandang, menyebabkan menumpuknya kotoran di bawah kuku dan mengurangi kegesitan pemiliknya dalam bekerja.
Hal lain yang termasuk fitrah adalah mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan. Hal ini sangat dianjurkan dalam Islam, selain dapat menjaga kebersihan dan keindahan tubuh seorang muslimah. Oleh karenanya, seorang muslimah hendaknya tidak membiarkannya lebih dari 40 hari.Dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” (HR. Bukhari Muslim)
Perhatikanlah mulut karena dengannya engkau berdzikir dan berbicara kepada manusia.
Wanita muslimah hendaknya selalu menjaga kebersihan mulutnya dengan cara membersihkan giginya dengan siwak atau sikat gigi dan alat pembersih lain jika tidak ada siwak. Bersiwak dianjurkan dalam setiap keadaan dan lebih ditekankan lagi ketika hendak berwudhu’, akan shalat, akan membaca Al Qur’an, masuk ke dalam rumah dan bangun malam ketika hendak shalat tahajjud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, hendaknya seorang muslimah menjaga mulutnya dari bau yang tidak sedap.
“Barangsiapa yang makan bawang merah dan bawang putih serta kucai, maka janganlah dia mendekati masjid kami.” (HR. Muslim)
Karena bau yang tidak sedap mengganggu malaikat dan orang-orang yang hadir di dalam masjid serta mengurangi konsentrasi dalam berdzkikir. Maka hendaknya seorang muslimah juga menjaga bau mulutnya di mana pun ia berada.
Rawatlah keindahan mahkotamu.
Sudah seharusnya seorang muslimah menjaga keindahan rambutnya karena rambut merupakan mahkota seorang wanita. Dan hendaknya dia menjaga kebersihan, menyisir, merapikan dan memperindah bentuknya.
“Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia memuliakannya.” (HR. Abu Dawud)
Kebersihan pakaian tidak pantas diabaikan.
Islam menyukai orang yang menjaga kebersihan pakaiannya dan tidak menyukai orang yang berpakaian kotor padahal ia mampu mencuci dan membersihkannya. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka beliau pun bersabda,
“Orang ini tidak mempunyai sabun yang dapat digunakan untuk mencuci pakaiannya.” (HR. Imam Ahmad dan Nasa’i).
Jika petunjuk nabi ini ditujukan pada laki-laki, maka terlebih lagi pada wanita karena ia memegang peranan penting dalam rumah tangganya.
Perbaikilah penampilan.
Hendaklah seorang muslimah memperbaiki penampilannya untuk menampakkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.
“Sesungguhnya Allah senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hambaNya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)
Seorang muslimah diperbolehkan untuk menghiasi dirinya dengan hal-hal yang mubah misalnya mengenakan sutra dan emas, mutiara dan berbagai jenis batu permata, celak, menggunakan inai (pacar) pada kuku dan menyemir rambut yang beruban, menggunakan kosmetik alami atau kosmetik yang tidak mengandung zat berbahaya dengan tidak berlebihan. Dan tentu saja berhias di sini bukanlah dengan maksud mempercantik diri di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.
Hal yang dapat membantu memperbaiki penampilan seorang muslimah adalah memakan makanan yang bergizi serta tidak berlebih-lebihan dalam makan dan minum.
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al A’raf: 31)
Selain itu juga rajin berolahraga dapat bermanfaat untuk menjaga stamina dan keindahan tubuh serta mempercantik kulit seorang muslimah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan teladan yang baik dalam hal ini, beliau pernah mengajak ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk lomba lari (HR. Abu Daud, Nasa’i dan Thabrani)
Janganlah tabarruj.
Berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu berhias untuk suami, berhias di depan wanita dan lelaki mahram (orang yang haram dinikahi), dan berhias di depan lelaki bukan mahram.
Berhias untuk suami hukumnya dianjurkan dan tidak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita dan lelaki mahram dibolehkan tetapi dengan batasan tidak menampakkan aurat dan boleh menampakkan perhiasan yang melekat pada selain aurat. Di mana aurat wanita bagi wanita lain adalah mulai pusar hingga lutut[*] sedangkan aurat wanita di hadapan lelaki mahram adalah seluruh tubuh kecuali muka, kepala, leher, kedua tangan dan kedua kaki. Berhias di depan lelaki bukan mahram hukumnya haram dan inilah yang disebut dengan tabarruj.
[*] Demikianlah pendapat banyak ulama. Namun menurut Syaikh Al Albani, pendapat ini tidak ada dalilnya, sehingga aurat di depan wanita sama dengan aurat di hadapan mahram.
Jauhilah cara berhias yang dilarang oleh Islam.
Tidak diperbolehkan untuk berhias dengan cara yang dilarang oleh Islam, yaitu:
1. Memotong rambut di atas pundak karena menyerupai laki-laki, kecuali dalam kondisi darurat.
“Aku terbebas dari wanita yang menggundul rambut kepalanya, berteriak dengan suara keras dan merobek-robek pakaiannya (ketika mendapat musibah).” (HR. Muslim)
2. Menyambung rambut.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain dan wanita yang meminta agar rambutnya disambung.” (HR. Bukhari Muslim)
3. Menghilangkan sebagian atau seluruh alis.
Tertera dalam Shahih Muslim bahwa Ibnu Mas’ud radhiyallau ‘anhu berkata, “Allah melaknat wanita yang mentato bagian-bagian dari tubuh dan wanita yang meminta untuk ditato, wanita yang mencukur seluruh atau sebagian alisnya dan wanita yang meminta untuk dicukur alisnya, dan wanita yang mengikir sela-sela gigi depannya untuk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah ‘Azza wa Jalla.”
4. Mengikir sela-sela gigi, yaitu mengikir sela-sela gigi dengan alat kikir sehingga membentuk sedikit kerenggangan untuk tujuan mempercantik diri.
5. Mentatto bagian tubuhnya.
6. Menyemir rambut dengan warna hitam.
“Pada akhir zaman akan ada suatu kaum yang mewarnai (rambutnya) dengan warna hitam seperti dada burung merpati, mereka tidak akan mencium baunya surga.” (Shahih Jami’ush Shaghir no. 8153)
Berhati-hati dalam memilih cara berhias.
Sesungguhnya cara berhias sangatlah banyak dan beragam. Hendaknya seorang muslimah berhati-hati dalam memilih cara berhias, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak boleh menyerupai laki-laki.
“Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat seorang wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Abu Daud)
2. Tidak boleh menyerupai orang kafir.
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
3. Tidak boleh berbentuk permanen sehingga tidak hilang seumur hidup misalnya tatto dan tidak mengubah ciptaan Allah misalnya operasi plastik. Hal ini disebabkan termasuk hasutan setan sebagaimana diceritakan oleh Allah,
“Dan akan aku suruh mereka merubah ciptaan Allah dan mereka pun benar-benar melakukannya.” (Qs. An Nisa: 119)
4. Tidak berbahaya bagi tubuh.
5. Tidak menghalangi air untuk bersuci ke kulit atau rambut.
6. Tidak mengandung pemborosan atau membuang-buang uang.
7. Tidak membuang-buang waktu sehingga kewajiban lain terlalaikan.
8. Penggunaannya jangan sampai membuat wanita sombong, takabur, membanggakan diri dan tinggi hati di hadapan orang lain.
Wanita santun lebih baik daripada wanita pesolek.
Kita tahu banyak wanita yang berdandan secara berlebihan dan bepergian keluar rumah tanpa mengenal batas waktu dengan mengatasnamakan ‘Inilah rupa kemajuan dan modernitas’.
Sesungguhnya kemajuan dan modernitas bukanlah dengan menentang perintah dan larangan Allah. Ketahuilah Allah Maha Tahu apa yang baik dan buruk untuk hambaNya. Mengikuti kemajuan adalah mengambil hal-hal bermanfaat yang dapat memajukan umat dan membantu kita untuk hidup lebih baik. Dan kita harus memandangnya dari kaca mata kebenaran. Kita mengambil hal-hal yang sesuai tuntunan Islam dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengan Islam.
Jauhilah berhias yang dilarang oleh syari’at, wahai saudariku. Sungguh wanita yang keluar rumah dengan penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke dalam api neraka. Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dengan kesantunan dan berhias sesuai tuntunan Islam adalah wanita yang menempatkan dirinya pada tempat yang mulia.
Maraji’:
  1. Indahnya Berhias (Muhammad bin Abdul Aziz al Musnid)
  2. Sentuhan Nilai Kefikihan untuk Wanita Beriman (Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Bin Abdullah al Fauzan)
  3. Jati Diri Wanita Muslimah (Dr. Muhammad Ali al Hasyimi), Ensiklopedi Wanita Muslimah (Haya binti Mubarok al Barik)
  4. Al Wajiz (’Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi)
  5. Kenikmatan yang Membawa Bencana (Jamal bin Abdurrahman bin Ismail)
  6. 40 Hadits tentang Wanita beserta Syarahnya (Manshur bin Hasan al Abdullah)
  7. Manajemen Wanita Sholehah (Khalid Mustafa)
  8. Note: Baca juga: Etika Berhias, karya Amru Abdul Mun’im Salim terbitan at Tibyan.
***
Artikel www.muslimah.or.id

Pengajian itu berubah menjadi ajang "pamer"

Hari ini kebetulan menjadi hari pertama kali diajak untuk mengikuti pengajian di rumah atasannya para atasan, lokasi di daerah widya chandra yang baru ku ketahui letaknya tepat dibelakang Direktorat Jenderal Pajak...hhh kalo nggak ada acara lagi dikantor yah selesai pengajian mainlah ke sana,tapi untungnya ada acara dikantor (lho,ini gimana sih?!)...

oke, kegiatan pengajian ini sebenarnya bukan kegiatan yang ku ketahui sebelumnya, ini benar-benar mendadak, tapi setidaknya hal ini jadi pengalaman pertama datang ke acaranya istri pejabat...katakanlah demikian...karena yang ngundang itu kan istrinya atasannya dari para atasan yang nota benenya adalah termasuk dari pejabat negara...

kegiatan pengajian yang selama ini ku ikuti sih sebenarnya biasa saja, yah namanya juga majelis ilmu...tempat kita mencari ilmu apapun bentuknya itu, tidak ada yang spesial kecuali materinya dan suasananya yang sangat berbeda dibanding tempat2 lain...itu yang menurut ku menjadi hal yang khusus dari sebuah pengajian dan hal yang khusus itu pula yang selalu ku rindukan setiap awal pekan dikantor...suasana pengajian^_^

tapi, hari ini aku melihat ada yang berbeda dari sebuah pengajian...semua hal yang ideal dari sebuah pengajian tiba2 berubah didalam pikiran ku...pengajian bisa menjadi salah satu tempat "pamer"...yah begitulah...mungkin yang mengadakan tidak berniat demikian,namun dalam proses perjalanannya hal seperti itu terjadi...Sebenarnya tidak ada yang salah datang ke tempat pengajian memakai pakaian yang terbaik layaknya sholat jum'at,tapi menurut ku sih...tak perlu memakai gaun, pakai saja gamis biasa yang dipakai saat ke tempat pengajian di mesjid yang diadakan bukan oleh pejabat. Memang menyesuaikan pakaian itu bagus, tapi hey hey hey...ini kita niatnya menuntut ilmu lho...bukan ke pesta yang mengharuskan kita dandan all out...Malahan seharusnya kita all out itu saat kita menyambut suami dirumah (hehehe ini sih ilmu sotoy berdasarkan buku:P)...Itu baru baju yang dipakai, belum lagi perhiasan termasuk make up...

Pernah sih ngobrol tentang make up dengan seseorang...kebetulan pada dasarnya saku sendiri adalah tipikal minus make up-an,yah selain malas...kulit ku ini termasuk yang sensitif,jadi agak ribet kalau make up yang dipakai tidak cocok...mau dikemanain nih kulit,mangnya topeng yang bisa diganti2...jadi harus hati2 pake make up kan?!...Nah, aku rasa untuk ke pengajian tidak memerlukan make up yang berlebihan,bahkan tanpa make up pun tidak masalah...apa karena yang ngadain itu pejabat kita jadi pake make up ? hey hey hey...inget hukum berhias wahai perempuan...

Jauhilah berhias yang dilarang oleh syari’at, wahai saudariku. Sungguh wanita yang keluar rumah dengan penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke dalam api neraka. Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dengan kesantunan dan berhias sesuai tuntunan Islam adalah wanita yang menempatkan dirinya pada tempat yang mulia.

itu baru baju, perhiasan dan make up...selebihnya yah ajang pamer terjadi saat mengobrol. sudah tau dan paham kan jika waniat itu senang sekali mengobrol...tidak hanya wanita mungkin tetapi yang namanya mahluk hidup senang mengobrol...nah masalahnya adalah substansi dari obrolan tersebut...ajang pamer dapat terjadi apabila seseorang tidak mau kalah dengan yang diceritakan lawan biasanya...

yah itu saja sih sedikit cerita dari pengajian yang ku ikuti hari ini...tuan rumah sih sederhana ku pikir...kenapa aku pikir beliau sederhana,karena beliau bersedia mengundang kami pegawai instansinya yang bukan apa2...Semoga ini bisa diambil ibrohnya, jangan sampai hal itu terjadi pada diri kita...Amin...